I.
Tujuan
·
Untuk
mengetahui status gizi siswa SMAN 2 Amlapura, kelas XI IPA 2.
·
Memahami tentang apakah
yang dimaksud dengan status gizi.
·
Menjabarkan faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi gizi seseorang
II.
Latar Belakang Masalah
Masa
remaja adalah masa atau periode yang sangat penting bagi kehidupan seseorang
karena pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik dan mental yang demikan pesat.
Masa remaja dengan masalahnya seringkali mendapat perhatian dan selalu menarik
untuk dibicarakan karena merupakan kelompok dalam masa transisi penuh dengan
keadaan kritis, sebagai generasi penerus dan penerima tongkat estafet
pembangunan bangsa.
Pertumbuhan
fisik dan mental yang pesat pada masa remaja dipengaruhi oleh banyak faktor.
Gizi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada pertumbuhan fisik, baik
pada masa pra pubertas maupun pada masa post pubertas. Selain itu aspek gizi
juga dapat menentukan tingkat aktivitas fisik, aktivitas intelektual, serta
produktifitas kerja. Namun banyak remaja tidak memperdulikan masalah gizi
termasuk jenis dan jumlah yang dikonsumsi setiap hari sehingga masih banyak
ditemukan kasus kekurangan gizi dan kelebihan gizi.
Ditinjau
dari segi pola konsumsi makanan, remaja merupakan kelompok yang peka terhadap
pengaruh lingkungan luar seperti maraknya iklan makanan siap santap (fastfood)
yang umumnya mengandung kalori tinggi, kaya lemak, tinggi natrium dan rendah
serat. Hal ini memungkinkan terjadinya kasus kegemukan di kalangan remaja
(Suyanti. 2000).
Sementara
disisi lain juga mereka terpengaruh dengan iklan oba tobat pelangsing yang
seringkali berdampak negatif terhadap kondisi kesehatan (Muhammad Sahlan.
2002). Pergeseran pola konsumsi nampak jelas di perkotaan, misalnya penelitian
di lima kota besar di Indonesia menunjukkan bahwa 15-20% remaja terbiasa
mengkonsumsi makanan siap santap ‘Barat’ untuk makan siangnya (Mudjianto, dkk.
1993).
Sehubungan
dengan hal tersebut, kami melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana
keadaan gizi dan kecukupan gizi di kalangan remaja atau siswa SMAN 2 Amlapura
khususnya kelas XI IPA 2. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer . Yang
meliputi data berat badan, dan tinggi badan siswa. Untuk menilai status gizi
siswa digunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan rumus Broca.
III.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang kami kemukakan
di atas. Dapat kami ambil rumusan masalah yaitu, Apakah ada perbedaan gizi
antara siswa laki-laki dan siswa perempuan di kelas XI IPA 2, SMAN 2 Amlapura ?
IV.
Landasan Teori
A.
Status Gizi
Status gizi merupakan parameter penting untuk
memantau keadaan gizi seseorang. Keadaan gizi seseorang akan berpengaruh pada
penampilan, kesehatan, pertumbuhan, perkembangan serta ketahanan tubuh terhadap
penyakit.
Oleh karena itu penting sekali untuk senantiasa
memantau status gizi kita apakah masih dalam batas normal atau tidak. Kalau
masih normal kita patut mensyukurinya. Tapi kalau tidak normal, itu yang perlu
kita perhatikan, karena kondisi ini sangat berpengaruh pada derajat kesehatan
kita.
Status gizi adalah keadaan tubuh yang
menggambarkan keseimbangan antara pemasukan makanan (zat gizi) kedalam tubuh
dan penggunaannya. Status gizi baik (seimbang) bila jumlah asupan zat gizi dari
makanan sesuai dengan kebutuhan tubuh. Apabila asupan zat gizi kurang maka akan
menyebabkan gizi kurang. Bila asupan gizi berlebih akan menyebabkan status gizi
lebih. Gejala dan tanda-tanda fisik yang tampak dapat menjadi bantuan untuk
mengetahui kekurangan gizi. Adanya hambatan pertumbuhan dan perkembangan yang
ditentukan dengan membandingkan individu atau kelompok dengan nilai-nilai
normal (Depks, 1999).
Ada beberapa cara untuk mengukur status gizi, yaitu
dengan menggunakan rumus Broca. Namun untuk orang dewasa yang paling mudah dengan
menghitung Idex Massa Tubuh (IMT). Adapun rumus yang dikemukakan Broca yaitu.
a. Rumus Broca
·
Berat
Badan Normal = Tinggi Badan (TB) – 100
·
Berat
Badan Ideal = TB – 100 – 10% (TB-100)
b. Rumus Index Massa Tubuh (IMT)
·
Di
Indonesia istilah Body Mass Index
diterjemahkan menjadi Indek Massa Tubuh (IMT). IMT merupakan alat yang
sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan
dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat
meningkatkan risiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan
meningkatkan risiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh karena itu,
mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia
harapan hidup yang lebih panjang.
Untuk
berat badan (BB) dalam satuan kilogram (kg) sedangkan untuk tinggi badan (TB)
dalam satuan meter (m). Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan
FAO/WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Ambang
batas normal untuk laki-laki adalah : 20,1 - 25,0 dan untuk perempuan :
18,7 - 23,8.
Ambang batas IMT untuk orang
Indonesia adalahjika seseorang termasuk kategori
·
IMT <
17,0 keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan tungkat
berat atau Kekurangan Energi Kronis (KEK) berat.
·
IMT <
17,0 - 18,5 keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan
tiungkat ringan atau Kekurangan Energi Kronis (KEK) ringan.
·
IMT 18,5 -
25,0 keadaan orang tersebut termasuk kategori normal.
·
IMT 25,0 -
27,0 keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat
ringan.
·
IMT >
27,0 keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat
berat.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
A.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara
lain:
1) Pendidikan dan pendapatan
Masalah gizi karena kemiskinan
indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beli
yang dimiliki keluarga tersebut (Santoso, 1999, dalam creasoft.wordpress.com)
Selain itu, banyak faktor ekonomi
yang sukar untuk dinilai secara kuantitatif, khususnya pendapatan dan
kepemilikan (barang berharga, tanah, ternak) karena masyarakat enggan untuk
membicarakan kepada orang yang tidak dikenal, termasuk ketakutan akan pajak dan
perampokkan.
Tingkat pendidikan juga termasuk
dalam factor ini. Tingkat pendidikan berhubungan dengan status gizi karena
dengan meningkatnya pendidikan kemungkinan akan meningkatkan pendapatan
sehingga dapat meningkatkan daya beli makanan( Departemen gizi dan kesehatan masyarakat,
2007). Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan
perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang
baik (Suliha, 2001, dalam artikelpenjas.blogspot.com)
2) Pekerjaan atau
Aktifitas sehari-hari
Pekerjaan
adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan
keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu.
Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga
(Markum, 1991).
3) Budaya atau Gaya
hidup
Budaya
adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan
(Soetjiningsih, 1998, dalam artikelpenjas.blogspot.com)
Budaya
berperan dalam status gizi masyarakat karena ada beberapa kepercayaan, seperti
tabu mengonsumsi makanan tertentu oleh kelompok umur tertentu yang sebenarnya
makanan tersebut justru bergizi dan dibutuhkan oleh kelompok umur tersebut.
Seperti ibu hamil yang tabu mengonsumsi ikan ( Departemen Gizi dan Kesehatan
Masyarakat, 2007).
B.
Faktor
Internal
Faktor Internal yang mempengaruhi
status gizi antara lain :
1) Usia
Usia akan
mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam pemberian
nutrisi anak balita (Nursalam, 2001 dalam creasoft.wordpress.com)
2)Kondisi
Fisik
Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia,
semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk.
Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada
periode hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat
(Suhardjo, et, all, 1986)
3) Infeksi
Infeksi dan demam dapat
menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan
mencerna makanan (Suhardjo, et, all, 1986 dalam creasoft.wordpress.com)
C.
Kebutuhan Energi dan Jumlah
Makanan
Jenis kelamin, umur, pekerjaan, berat badan dan
suhu lingkungan sangat berpengaruh terhadap jumlah makanan yang dibutuhkan
seseorang. Berikut ini adalah variasi kebutuhan makanan seseorang.
a.
Laki-laki relatif banyak memerlukan makanan
daripada wanita. Ibu hamil dan ibu menyusui sebaiknya makan makanan bergizi
lebih banyak daripada biasanya
b.
Anak-anak memerlukan protein lebih banyak untuk
pertumbuhabn dan kecerdasan.
c.
Pekerja otot relatif membutuhkan karbohidrat
lebih banyak, sedangkan pekerja otak lebih banyak membutuhkan protein dalam
menunya sehari-hari.
d.
Semakin bertambah berat badan seseorang, maka
semakin banyak pula makanan yang dibutuhkannya
e.
Semakin besar perbedan suhu lingkungan dengan
badan, maka semakin banyak makanan yang dibutuhkan.
Setiap kali sesudah makan atau bekerja, suhu
badan kita akan naik karena energi yang dikeluarkan dari proses metabolisme
dalam tubuh akan diubah menjadi energi panas (Solomon et al.
2005:Tirtawinata 2006).
D.
BMR dan RME
Energi orang dewasa dikatakan cukup jika dapat
memenuhi beberapa kebutuhan, antara lain pertumbuhan, melaksanakan kerja,
makan, dan metabolisme basal.
Metabolisme basal adalah energi yang digunakan
untuk memelihara kegiatan tubuh minimal dalam keadaan istirahat sempuna. Proses
hidup yang perlu dipelihara misalnya kerja jantung, pernafasan, aktifitas otak,
fungsi ginjal, suhu badan dan keseimbangan osmotik.
Tingakat metabolisme basal atau BMR dihitung
dalam keadaan istirahat total (jasmani dan rohani) dan dalam ruang bersuhu
normal. Energi yang diperlukan untuk setiap meter persegi (m²)
permukaan tubuh disebut nilai metabolisme basal.
Metabolisme basal seseorang bergantung pada
umur, jenis kelamin, dan luas permukaan tubuh yang dihitung berdasarkan berat
badan (BB). Berikut tabel dalam mencari nilai BMR.
Rumus
Menghitung BMR
|
Laki-laki
Laki-laki di atas umur 50 tahun
|
1 x BB (kg) x 24 jam
0,9 x BB (kg) x 24 jam
|
Wanita
Wanita di atas umur 50 tahun
|
0,9 x BB (kg) x 24 jam
0,8 x BB (kg) x 24 jam
|
BMR harus diukur 12 jam sesudah makan, karena
beberapa menis sesudah makan, BMR dapat naik sampai ±30% di atas nilai
istirahat.
RME (Resting Metabolic Expenditure) adalah
pemakaian energi istirahat. RME sebanding dengan luas permukaan tubuh dan
presentase lemak tubuh. Seorang ahli biologi yang bernama Long dan
kawan-kawannya telah menghitung bahwa BMR dan RME berbeda ±3%. Akan tetapi agar
praktis nilainya maka dianggap sam, karena kelaparan dapat menurunkan RME,
sedangkan cuaca dingin dapat menaikkan BMR.
E. Masalah Gizi Di Indonesia
Pada saat ini, Indonesia menghadapi gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang
dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang pada umumnya disebabkan oleh
kemiskinan; kurangnya kesediaan pangan; kurang baiknnya kualitas
lingkungan(sanitasi); kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi; menu
seimbang dan kesehtan; dan adanya daerah miskin gizi (iodium). Sebaliknya
masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat
tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang, dan
kesehatan (Almatsier, 2009) .
V.
Hipotesis
Bahwa ada perbedaan gizi antara siswa laki-laki dan siswa perempuan di kelas XI
IPA 2, SMAN 2 Amlapura.
VI.
Alat Dan Bahan
1.
Timbangan injak (satuan kilogram)
2.
Microtoise
(satuan sentimeter)
3.
Siswa
kelas XI IPA 2
VII.
Langkah Kerja
1.
Timbanglah
satu persatu siswa kelas XI IPA 2 dan catat berat badan yang dihasilkannya.
2.
Ukurlah
satu persatu tinggi badan siswa kelas XI IPA 2 dengan posisi badan siswa yang
berdiri tegap, kemudian catatlah tinggi badan yang dihasilkannya.
VIII.
Tabel Hasil Pengamatan
No. Absen
|
Jenis kelamin
|
BB (kg)
|
TB
(m)
|
BBN*
(kg)
|
BBI*
(kg)
|
IMT*
(kg/m²)
|
Ket. IMT* (gizi)
|
BMR
(kkal)
|
1
|
P
|
54
|
1,6
|
60
|
54
|
21
|
Normal
|
1.166,4
|
2
|
L
|
60
|
1,67
|
67
|
60,3
|
21,513
|
Normal
|
1.440
|
3
|
P
|
48
|
1,57
|
57
|
51,3
|
19,473
|
Normal
|
972
|
4
|
L
|
54
|
1,76
|
76
|
68,4
|
17,432
|
Kurang (ringan)
|
1.296
|
5
|
L
|
63
|
1,68
|
68
|
61,2
|
22,321
|
Normal
|
1.552
|
6
|
P
|
49
|
1,55
|
55
|
49,5
|
20,395
|
Normal
|
1.058,4
|
7
|
P
|
55
|
1,61
|
61
|
54,9
|
21,218
|
Normal
|
1.188
|
8
|
P
|
50
|
1,7
|
70
|
63
|
17,3
|
Kurang (ringan)
|
1.080
|
9
|
P
|
45
|
1,55
|
55
|
49,5
|
18,73
|
Normal
|
972
|
10
|
P
|
67
|
1,6
|
60
|
54
|
26,171
|
Gemuk (ringan)
|
1.447,2
|
11
|
L
|
44
|
1,65
|
65
|
58,5
|
16,161
|
Kurang (berat)
|
1.056
|
12
|
P
|
46
|
1,6
|
60
|
54
|
17,968
|
Kurang (ringan)
|
993,6
|
13
|
L
|
62
|
1,73
|
73
|
65,7
|
20,715
|
Normal
|
1.488
|
14
|
L
|
75
|
1,75
|
75
|
67,5
|
24,489
|
Normal
|
1.800
|
15
|
L
|
60
|
1,78
|
78
|
70,2
|
18,937
|
Normal
|
1.440
|
16
|
P
|
50
|
1,59
|
59
|
53,1
|
19,777
|
Normal
|
1.080
|
17
|
L
|
95
|
1,75
|
75
|
67,5
|
31
|
Obesitas
|
2.280
|
18
|
P
|
50
|
1,63
|
63
|
56,7
|
18,818
|
Normal
|
1.080
|
19
|
P
|
40
|
1,55
|
55
|
49,5
|
16,649
|
Kurang (berat)
|
864
|
20
|
P
|
62
|
1,63
|
63
|
56,7
|
23,335
|
Normal
|
1.339,2
|
21
|
L
|
52
|
1,64
|
64
|
57,6
|
19,333
|
Normal
|
1.248
|
22
|
L
|
65
|
1,75
|
75
|
67,5
|
21,22
|
Normal
|
1.560
|
23
|
P
|
53
|
1,6
|
60
|
54
|
20,7
|
Normal
|
1.144,8
|
24
|
P
|
85
|
1,6
|
60
|
54
|
33,2
|
Obesitas
|
1.836
|
25
|
L
|
55
|
1,74
|
74
|
66,6
|
18,166
|
Kurang (ringan)
|
1.320
|
26
|
L
|
53
|
1,66
|
66
|
59,4
|
19,233
|
Normal
|
1.144,8
|
27
|
L
|
52
|
1,71
|
71
|
63,9
|
17,783
|
Kurang (ringan)
|
1.248
|
28
|
P
|
51
|
1,63
|
63
|
56,7
|
19,195
|
Normal
|
1.101,6
|
*BBN : berat
badan nomal
*BBI : berat badan idea
*IMT : index
massa tubuh
IX.
Pembahasan
Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa dari 28 siswa kelas XI IPA2 di SMAN 2 Amlapura. 18 orang
memiliki status gizi yang normal (baik), 7 orang tergolong kurus, dan 3 orang
tergolong gemuk. Dari 3 orang yang tergolong gemuk 2 diantaranya termasuk pada
gemuk tingkat berat dengan jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Sedangkan
dari 7 orang yang tergolong kurus, 2 orang di antaranya termasuk kurus tingkat
berat.
Distribusi status gizi
siswa menurut jenis kelamin terlihat hampir sama antara siswa laki-laki dan siswa
perempuan. Fenomena di atas merupakan cerminan kondisi masalah gizi yang
dihadapi Indonesia pada kalangan sederajat. Saat ini meskipun dalam lingkup
yang sangat kecil, yaitu di satu sisi masalah gizi kurang belum dapat di atasi
di sisi lain permasalahan gizi lebih cenderung meningkat. Bila dikaitkan dengan
tingkat kecukupan konsumsi energi para siswa sebagai salah satu faktor penyebab
timbulnya masalah gizi kurang dan gizi lebih terlihat ada relevansi ke arah
tersebut.
X.
Kesimpulan
·
Status
gizi Status gizi
seseorang dapat diperlihatkan dengan menghitung IMT (Indeks Massa Tubuh) dan
menggunakan rumus Broca.
·
Ada beberapa factor eksternal yang
menentukan tingkat status gizi seseorang, diantaranya, pendidikan, pendapatan,
pekerjaan, dan budaya. Serta disusul dengan factor internal seperti usia,
kondisi fisik, dan infeksi
·
Gizi sangat dibutuhkan oleh setiap orang,
sehingga apabila tubuh kekurangan gizi maka hal yang mungkin dapat terjadi
yaitu kelainan mental dan perkembangan fisik, serta defisiensi asupan gizi
·
Status
gizi SMAN 2 Amlapura di kelas XI IPA 2, tergolong normal sebanyak 18 orang, 7
orang kurus dan 3 orang gemuk.
·
Berat
Badan Normal siswa di kelas XI IPA 2 tergolong baik dengan rata-rata normal.
Dan Berat Badan Ideal-nya kebanyakan siswa tidak memenuhi atau Berat Badan
Normal siswa kurang mendekati Berat badan Ideal siswa tersebut.
·
Permasalahan
gizi di Indonesia sangat buruk, ditandai dengan adanya
permasalahan gizi ganda
XI.
Saran
Untuk meningkatkan
pemahaman siswa tentang gizi khususnya pola makan yang sehat dan bergizi sesuai
anjuran Dokter ahli gizi maupun Narasumber yang ahli dalam madalah gizi, maka
diperlukan program penyuluhan atau sosialisasi - sosialisasi di sekolah-sekolah.