Kamis, 23 Februari 2012

STATUS GIZI


I.        Tujuan   

·         Untuk mengetahui status gizi siswa SMAN 2 Amlapura, kelas XI IPA 2.
·         Memahami tentang apakah yang dimaksud dengan status gizi.
·         Menjabarkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi gizi seseorang

II.        Latar Belakang Masalah

Masa remaja adalah masa atau periode yang sangat penting bagi kehidupan seseorang karena pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik dan mental yang demikan pesat. Masa remaja dengan masalahnya seringkali mendapat perhatian dan selalu menarik untuk dibicarakan karena merupakan kelompok dalam masa transisi penuh dengan keadaan kritis, sebagai generasi penerus dan penerima tongkat estafet pembangunan bangsa.
Pertumbuhan fisik dan mental yang pesat pada masa remaja dipengaruhi oleh banyak faktor. Gizi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada pertumbuhan fisik, baik pada masa pra pubertas maupun pada masa post pubertas. Selain itu aspek gizi juga dapat menentukan tingkat aktivitas fisik, aktivitas intelektual, serta produktifitas kerja. Namun banyak remaja tidak memperdulikan masalah gizi termasuk jenis dan jumlah yang dikonsumsi setiap hari sehingga masih banyak ditemukan kasus kekurangan gizi dan kelebihan gizi.
Ditinjau dari segi pola konsumsi makanan, remaja merupakan kelompok yang peka terhadap pengaruh lingkungan luar seperti maraknya iklan makanan siap santap (fastfood) yang umumnya mengandung kalori tinggi, kaya lemak, tinggi natrium dan rendah serat. Hal ini memungkinkan terjadinya kasus kegemukan di kalangan remaja (Suyanti. 2000).
Sementara disisi lain juga mereka terpengaruh dengan iklan oba tobat pelangsing yang seringkali berdampak negatif terhadap kondisi kesehatan (Muhammad Sahlan. 2002). Pergeseran pola konsumsi nampak jelas di perkotaan, misalnya penelitian di lima kota besar di Indonesia menunjukkan bahwa 15-20% remaja terbiasa mengkonsumsi makanan siap santap ‘Barat’ untuk makan siangnya (Mudjianto, dkk. 1993).
Sehubungan dengan hal tersebut, kami melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana keadaan gizi dan kecukupan gizi di kalangan remaja atau siswa SMAN 2 Amlapura khususnya kelas XI IPA 2. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer . Yang meliputi data berat badan, dan tinggi badan siswa. Untuk menilai status gizi siswa digunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan rumus Broca.

III.        Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang kami kemukakan di atas. Dapat kami ambil rumusan masalah yaitu, Apakah ada perbedaan gizi antara siswa laki-laki dan siswa perempuan di kelas XI IPA 2, SMAN 2 Amlapura ?

IV.        Landasan Teori

A.      Status Gizi

Status gizi merupakan parameter penting untuk memantau keadaan gizi seseorang. Keadaan gizi seseorang akan berpengaruh pada penampilan, kesehatan, pertumbuhan, perkembangan serta ketahanan tubuh terhadap penyakit.
Oleh karena itu penting sekali untuk senantiasa memantau status gizi kita apakah masih dalam batas normal atau tidak. Kalau masih normal kita patut mensyukurinya. Tapi kalau tidak normal, itu yang perlu kita perhatikan, karena kondisi ini sangat berpengaruh pada derajat kesehatan kita.
Status gizi adalah keadaan tubuh yang menggambarkan keseimbangan antara pemasukan makanan (zat gizi) kedalam tubuh dan penggunaannya. Status gizi baik (seimbang) bila jumlah asupan zat gizi dari makanan sesuai dengan kebutuhan tubuh. Apabila asupan zat gizi kurang maka akan menyebabkan gizi kurang. Bila asupan gizi berlebih akan menyebabkan status gizi lebih. Gejala dan tanda-tanda fisik yang tampak dapat menjadi bantuan untuk mengetahui kekurangan gizi. Adanya hambatan pertumbuhan dan perkembangan yang ditentukan dengan membandingkan individu atau kelompok dengan nilai-nilai normal (Depks, 1999).
Ada beberapa cara untuk mengukur status gizi, yaitu dengan menggunakan rumus Broca. Namun untuk orang dewasa yang paling mudah dengan menghitung Idex Massa Tubuh (IMT). Adapun rumus yang dikemukakan Broca yaitu.
a.       Rumus Broca
·         Berat Badan Normal  = Tinggi Badan (TB) – 100
·         Berat Badan Ideal       = TB – 100 – 10% (TB-100)

b.       Rumus Index Massa Tubuh (IMT)
·        
Di Indonesia istilah Body Mass Index diterjemahkan menjadi Indek Massa Tubuh (IMT). IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan risiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh karena itu, mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang.
Untuk berat badan (BB) dalam satuan kilogram (kg) sedangkan untuk tinggi badan (TB) dalam satuan meter (m). Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Ambang batas  normal untuk laki-laki adalah : 20,1 - 25,0 dan untuk perempuan : 18,7 - 23,8.
Ambang batas IMT untuk orang Indonesia adalahjika seseorang termasuk kategori
·         IMT < 17,0 keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan tungkat berat atau Kekurangan Energi Kronis (KEK) berat.
·         IMT < 17,0 - 18,5 keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan tiungkat ringan atau Kekurangan Energi Kronis (KEK) ringan.
·         IMT 18,5 - 25,0 keadaan orang tersebut termasuk kategori normal.
·         IMT 25,0 - 27,0 keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat ringan.
·         IMT > 27,0 keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat berat.
B.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

A.      Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain:
1) Pendidikan dan pendapatan
Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut (Santoso, 1999, dalam creasoft.wordpress.com)
Selain itu, banyak faktor ekonomi yang sukar untuk dinilai secara kuantitatif, khususnya pendapatan dan kepemilikan (barang berharga, tanah, ternak) karena masyarakat enggan untuk membicarakan kepada orang yang tidak dikenal, termasuk ketakutan akan pajak dan perampokkan.
Tingkat pendidikan juga termasuk dalam factor ini. Tingkat pendidikan berhubungan dengan status gizi karena dengan meningkatnya pendidikan kemungkinan akan meningkatkan pendapatan sehingga dapat meningkatkan daya beli makanan( Departemen gizi dan kesehatan masyarakat, 2007). Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik (Suliha, 2001, dalam artikelpenjas.blogspot.com)
2) Pekerjaan atau Aktifitas sehari-hari
Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang  menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Markum, 1991).
3) Budaya atau Gaya hidup
Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan (Soetjiningsih, 1998, dalam artikelpenjas.blogspot.com)
Budaya berperan dalam status gizi masyarakat karena ada beberapa kepercayaan, seperti tabu mengonsumsi makanan tertentu oleh kelompok umur tertentu yang sebenarnya makanan tersebut justru bergizi dan dibutuhkan oleh kelompok umur tersebut. Seperti ibu hamil yang tabu mengonsumsi ikan ( Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2007).

B.      Faktor Internal

         Faktor Internal yang mempengaruhi status gizi antara lain :
1) Usia
Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam pemberian nutrisi anak balita (Nursalam, 2001 dalam creasoft.wordpress.com)
2)Kondisi Fisik
Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat (Suhardjo, et, all,  1986)
3) Infeksi
      Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan (Suhardjo, et, all,  1986 dalam creasoft.wordpress.com)




C.      Kebutuhan Energi dan Jumlah Makanan

Jenis kelamin, umur, pekerjaan, berat badan dan suhu lingkungan sangat berpengaruh terhadap jumlah makanan yang dibutuhkan seseorang. Berikut ini adalah variasi kebutuhan makanan seseorang.
a.       Laki-laki relatif banyak memerlukan makanan daripada wanita. Ibu hamil dan ibu menyusui sebaiknya makan makanan bergizi lebih banyak daripada biasanya
b.       Anak-anak memerlukan protein lebih banyak untuk pertumbuhabn dan kecerdasan.
c.       Pekerja otot relatif membutuhkan karbohidrat lebih banyak, sedangkan pekerja otak lebih banyak membutuhkan protein dalam menunya sehari-hari.
d.       Semakin bertambah berat badan seseorang, maka semakin banyak pula makanan yang dibutuhkannya
e.       Semakin besar perbedan suhu lingkungan dengan badan, maka semakin banyak makanan yang dibutuhkan.
Setiap kali sesudah makan atau bekerja, suhu badan kita akan naik karena energi yang dikeluarkan dari proses metabolisme dalam tubuh akan diubah menjadi energi panas (Solomon et al. 2005:Tirtawinata 2006).

D.     BMR dan RME

Energi orang dewasa dikatakan cukup jika dapat memenuhi beberapa kebutuhan, antara lain pertumbuhan, melaksanakan kerja, makan, dan metabolisme basal.
Metabolisme basal adalah energi yang digunakan untuk memelihara kegiatan tubuh minimal dalam keadaan istirahat sempuna. Proses hidup yang perlu dipelihara misalnya kerja jantung, pernafasan, aktifitas otak, fungsi ginjal, suhu badan dan keseimbangan osmotik.
Tingakat metabolisme basal atau BMR dihitung dalam keadaan istirahat total (jasmani dan rohani) dan dalam ruang bersuhu normal. Energi yang diperlukan untuk setiap meter persegi (m²) permukaan tubuh disebut nilai metabolisme basal.
Metabolisme basal seseorang bergantung pada umur, jenis kelamin, dan luas permukaan tubuh yang dihitung berdasarkan berat badan (BB). Berikut tabel dalam mencari nilai BMR.
Rumus Menghitung BMR
Laki-laki
Laki-laki di atas umur 50 tahun
1 x BB (kg) x 24 jam
0,9 x BB (kg) x 24 jam
Wanita
Wanita di atas umur 50 tahun
0,9 x BB (kg) x 24 jam
0,8 x BB (kg) x 24 jam
BMR harus diukur 12 jam sesudah makan, karena beberapa menis sesudah makan, BMR dapat naik sampai ±30% di atas nilai istirahat.
RME (Resting Metabolic Expenditure) adalah pemakaian energi istirahat. RME sebanding dengan luas permukaan tubuh dan presentase lemak tubuh. Seorang ahli biologi yang bernama Long dan kawan-kawannya telah menghitung bahwa BMR dan RME berbeda ±3%. Akan tetapi agar praktis nilainya maka dianggap sam, karena kelaparan dapat menurunkan RME, sedangkan cuaca dingin dapat menaikkan BMR.

E.       Masalah Gizi Di Indonesia

Pada saat ini, Indonesia menghadapi gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan; kurangnya kesediaan pangan; kurang baiknnya kualitas lingkungan(sanitasi); kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi; menu seimbang dan kesehtan; dan adanya daerah miskin gizi (iodium). Sebaliknya masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang, dan kesehatan (Almatsier, 2009) .

V.        Hipotesis

Bahwa ada perbedaan gizi antara siswa laki-laki dan siswa perempuan di kelas XI IPA 2, SMAN 2 Amlapura.

VI.        Alat Dan Bahan                  

                     1.         Timbangan  injak (satuan kilogram)
                     2.         Microtoise (satuan sentimeter)
                     3.         Siswa kelas XI IPA 2

VII.        Langkah Kerja

                     1.         Timbanglah satu persatu siswa kelas XI IPA 2 dan catat berat badan yang dihasilkannya.
                     2.         Ukurlah satu persatu tinggi badan siswa kelas XI IPA 2 dengan posisi badan siswa yang berdiri tegap, kemudian catatlah tinggi badan yang dihasilkannya.



VIII.        Tabel Hasil Pengamatan

No. Absen
Jenis kelamin
BB (kg)
TB
(m)
BBN*
(kg)
BBI*
(kg)
IMT*
(kg/m²)
Ket. IMT* (gizi)
BMR
(kkal)
1
P
54
1,6
60
54
21
Normal
1.166,4
2
L
60
1,67
67
60,3
21,513
Normal
1.440
3
P
48
1,57
57
51,3
19,473
Normal
972
4
L
54
1,76
76
68,4
17,432
Kurang (ringan)
1.296
5
L
63
1,68
68
61,2
22,321
Normal
1.552
6
P
49
1,55
55
49,5
20,395
Normal
1.058,4
7
P
55
1,61
61
54,9
21,218
Normal
1.188
8
P
50
1,7
70
63
17,3
Kurang (ringan)
1.080
9
P
45
1,55
55
49,5
18,73
Normal
972
10
P
67
1,6
60
54
26,171
Gemuk (ringan)
1.447,2
11
L
44
1,65
65
58,5
16,161
Kurang (berat)
1.056
12
P
46
1,6
60
54
17,968
Kurang (ringan)
993,6
13
L
62
1,73
73
65,7
20,715
Normal
1.488
14
L
75
1,75
75
67,5
24,489
Normal
1.800
15
L
60
1,78
78
70,2
18,937
Normal
1.440
16
P
50
1,59
59
53,1
19,777
Normal
1.080
17
L
95
1,75
75
67,5
31
Obesitas
2.280
18
P
50
1,63
63
56,7
18,818
Normal
1.080
19
P
40
1,55
55
49,5
16,649
Kurang (berat)
864
20
P
62
1,63
63
56,7
23,335
Normal
1.339,2
21
L
52
1,64
64
57,6
19,333
Normal
1.248
22
L
65
1,75
75
67,5
21,22
Normal
1.560
23
P
53
1,6
60
54
20,7
Normal
1.144,8
24
P
85
1,6
60
54
33,2
Obesitas
1.836
25
L
55
1,74
74
66,6
18,166
Kurang (ringan)
1.320
26
L
53
1,66
66
59,4
19,233
Normal
1.144,8
27
L
52
1,71
71
63,9
17,783
Kurang (ringan)
1.248
28
P
51
1,63
63
56,7
19,195
Normal
1.101,6
*BBN : berat badan nomal
*BBI  : berat badan idea
*IMT : index massa tubuh




IX.        Pembahasan
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dari 28 siswa kelas XI IPA2 di SMAN 2 Amlapura. 18 orang memiliki status gizi yang normal (baik), 7 orang tergolong kurus, dan 3 orang tergolong gemuk. Dari 3 orang yang tergolong gemuk 2 diantaranya termasuk pada gemuk tingkat berat dengan jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Sedangkan dari 7 orang yang tergolong kurus, 2 orang di antaranya termasuk kurus tingkat berat.
Distribusi status gizi siswa menurut jenis kelamin terlihat hampir sama antara siswa laki-laki dan siswa perempuan. Fenomena di atas merupakan cerminan kondisi masalah gizi yang dihadapi Indonesia pada kalangan sederajat. Saat ini meskipun dalam lingkup yang sangat kecil, yaitu di satu sisi masalah gizi kurang belum dapat di atasi di sisi lain permasalahan gizi lebih cenderung meningkat. Bila dikaitkan dengan tingkat kecukupan konsumsi energi para siswa sebagai salah satu faktor penyebab timbulnya masalah gizi kurang dan gizi lebih terlihat ada relevansi ke arah tersebut.

X.        Kesimpulan
·         Status gizi Status gizi seseorang dapat diperlihatkan dengan menghitung IMT (Indeks Massa Tubuh) dan menggunakan rumus Broca.
·        Ada beberapa factor eksternal yang menentukan tingkat status gizi seseorang, diantaranya, pendidikan, pendapatan, pekerjaan, dan budaya. Serta disusul dengan factor internal seperti usia, kondisi fisik, dan infeksi
·        Gizi sangat dibutuhkan oleh setiap orang, sehingga apabila tubuh kekurangan gizi maka hal yang mungkin dapat terjadi yaitu kelainan mental dan perkembangan fisik, serta defisiensi asupan gizi
·         Status gizi SMAN 2 Amlapura di kelas XI IPA 2, tergolong normal sebanyak 18 orang, 7 orang kurus dan 3 orang gemuk.
·         Berat Badan Normal siswa di kelas XI IPA 2 tergolong baik dengan rata-rata normal. Dan Berat Badan Ideal-nya kebanyakan siswa tidak memenuhi atau Berat Badan Normal siswa kurang mendekati Berat badan Ideal siswa tersebut.
·        Permasalahan gizi di Indonesia sangat buruk, ditandai dengan adanya permasalahan     gizi ganda

XI.        Saran
Untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang gizi khususnya pola makan yang sehat dan bergizi sesuai anjuran Dokter ahli gizi maupun Narasumber yang ahli dalam madalah gizi, maka diperlukan program penyuluhan atau sosialisasi - sosialisasi di sekolah-sekolah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan dikomen gan \(^.^)/... keep your smile (^_^)